MeKo || Jakarta
Wakil Wali Kota Jakarta Utara, Ir.Juaini Yusuf, MM, berbagi cerita keseharian yang inspiratif tentang kesederhanaan, naik busway, membaur dengan masyarakat, dan resep membagi waktu antara jabatan dan pertemanan.
Pagi itu, ketika sinar matahari beranjak naik baru saja menyapa Ibu Kota. Di tengah hiruk-pikuk kota, suasana terasa hangat saat obrolan santai penuh makna bersama Ir.Juani, MM, Wakil Wali Kota Jakarta Utara yang tampil bersahaja.
Percakapan yang tanpa sekat, nyaris tak ada jarak—hanya percakapan ringan yang mengalir apa adanya, di pagi itu.
Naik Busway, Nikmati Padatnya Jakarta dengan Rasa Syukur
“Naik busway? Mantap rasanya,” ujar Ir. Juani, sambil tersenyum. Di balik kenyamanan kantor dan fasilitas jabatan, ia memilih merasakan apa yang masyarakat alami sehari-hari. “Kalau penuh ya berdiri, itu resiko,” katanya ringan.
Bagi beliau, merasakan denyut nadi rakyat dari dekat bukan sekadar pencitraan, melainkan bagian dari hidup yang disyukuri. “Apa yang Allah beri harus disyukuri dan dinikmati,” tambahnya.
Dan nilai-nilai kesederhanaan seperti ini namoaknya makin jarang ditemui dari sosok seorang pejabat yang kerap ingin dilayani.
Hidup Sederhana, Prinsip Sejak Kecil
Kesederhanaan bukan hal baru bagi Juaini, karena sejak kecil sudah dididik orang tua untuk hidup apa adanya, meski memiliki lebih. “Yang penting kita nggak perlu pamer,” tuturnya.
Nilai ini tertanam kuat dalam kesehariannya—tidak hanya di rumah, tapi juga saat menjalankan tugas dinas.
“Yang membedakan kita hanya takwa, bukan jabatan atau pangkat,” katanya.
– Jangan karena punya JABATAN terus sikap jd berubah.. inget.. Jabatan engga seumur hidup.. ada masanya..
Filosofi hidup yang membuatnya begitu membumi dan disukai berbagai kalangan masyarakat dan ormas.
Resep Merakyat Tanpa Sekat
Lebih lanjut diungkapkannya, bahwa “Kalau kita mau diorangin sama orang lain, kita juga harus mengorangi orang,” ucapnya.
Filosofi inilah yang membuatnya mudah diterima di semua kalangan—baik pejabat, masyarakat, sampai teman-teman lama.
Tak ada rasa lebih tinggi, tak ada kejumawaan. “Kita semua sama, teman, sahabat, saudara.” Karena ia percaya, silaturahmi itu kekuatan yang lebih besar dari kekuasaan. Hubungan manusia yang tulus jauh lebih langgeng daripada jabatan sementara.
Lantas bagaimana mengatur urusan Jabatan, dan organisasi atau masyarakat? Ir Juaini Yusuf menegaskan semua kita bisa atur, jangan waktu yang mengatur kita.
Dengan jadwal kantor yang sudah tersusun, ia menyisakan waktu bertemu teman atau masyarakat setelah jam kerja atau di akhir pekan. “Selama ini nggak ganggu aktivitas kantor, malam atau libur kita bisa silaturahmi kok,” ujarnya.
Obrolan hangat pagi itu pun menyisakan pesan mendalam: bahwa dalam hidup ini, kesederhanaan dan ketulusan akan selalu memenangkan hati.
Seperti matahari yang muncul perlahan di langit Jakarta, begitu juga harapan masyarakat akan pemimpin yang tidak hanya pintar memerintah, tapi juga mau duduk, berbagi, dan mendengar.
Karena pada akhirnya, bukan jabatan yang dikenang, tapi bagaimana kita memperlakukan sesama.
)***