MeKo||Tangerang
Di sebuah rumah sederhana di Jalan Mushola, Kelurahan Gaga, Kecamatan Larangan, Kota Tangerang, seorang gadis remaja berusia 16 tahun terbaring lemah. Namanya Dewi Setiawati, atau biasa dipanggil Lestari. Tubuhnya kurus, namun perutnya membesar tak wajar. Nafasnya sesak, nafsu makannya menurun, dan sudah beberapa hari ia tak bisa buang air besar.

Sejak usia satu tahun, Lestari telah menjadi “langganan” sakit. Ia pernah berobat ke Puskesmas Larangan saat masih bayi, dan sempat dirawat di RSAB Harapan Kita pada tahun 2007. Namun nasib berkata lain pengobatan itu terhenti karena kondisi ekonomi keluarga yang serba kekurangan.
Ayahnya, satu-satunya sosok yang kini bertahan di sisinya, sehari-hari berjualan susu kedelai keliling untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sementara sang ibu pergi meninggalkan rumah sejak beberapa tahun lalu, tak kuat menanggung beban psikologis melihat kondisi anaknya.
Setiap hari, saat sang ayah keluar mencari nafkah, Lestari hanya ditemani kesunyian di dalam rumah. Meski tubuhnya lemah, di matanya masih tersisa semangat untuk hidup.
Kondisi Lestari baru mendapat perhatian serius ketika Tim Aktivis Kesehatan Merah Putih yang dipimpin Libra, mendengar kabar tentang keadaannya pada 1 November 2025. Melihat situasi yang kritis, Libra segera berkoordinasi dengan dr. Rosi, Kepala Puskesmas Larangan Utara. Tanpa menunggu lama, tim medis langsung turun ke lapangan untuk mengevakuasi Lestari ke puskesmas, dan malam harinya dirujuk ke RSUD Kota Tangerang untuk penanganan lebih lanjut.
“Pasien kami tangani dengan segera karena kondisinya sangat lemah. Saat ini ia sedang menjalani perawatan intensif dan rencananya akan dilakukan tindakan operasi,” ungkap salah satu dokter jaga RSUD Kota Tangerang.
Ironisnya, di balik perjuangan panjang yang dijalani, Dewi Setiawati belum pernah tersentuh bantuan sosial apa pun dari Pemerintah Kota Tangerang. Tak ada bantuan gizi, kesehatan, atau bantuan hidup yang datang sejak ia kecil hingga saat ini.
Berangkat dari keprihatinan itu, aktivis Libra bersama Tim Kesehatan Merah Putih menyampaikan permohonan kepada Wali Kota Tangerang, serta berkoordinasi dengan berbagai pihak: Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Baznas Kota Tangerang, Anggota DPRD Ibu Gesuri, Camat Larangan Bapak Nasrullah, dan Lurah Gaga Bapak M. Nur.
Hasilnya tak sia-sia. Pada Senin, 3 November 2025, sejumlah bantuan mulai berdatangan. Kursi roda, kebutuhan sandang-pangan, dan bantuan biaya hidup diserahkan langsung kepada keluarga Lestari di RSUD Kota Tangerang.
Dengan suara bergetar, sang ayah menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para pihak yang peduli.
“Saya tidak tahu harus berbuat apa lagi. Anak saya sudah lama sakit, tapi baru sekarang ada yang datang membantu. Terima kasih sebesar-besarnya untuk semua yang sudah peduli,” ujarnya lirih kepada wartawan Media Koran.
Kini, di ruang perawatan RSUD Kota Tangerang, Lestari tengah berjuang antara harapan dan kesembuhan. Senyum tipisnya sesekali muncul di balik tubuh yang lemah seolah ingin mengatakan bahwa di tengah segala keterbatasan, masih ada cahaya yang menuntun langkahnya menuju hidup yang lebih baik.
Kisah Lestari menjadi pengingat bahwa masih banyak anak-anak di luar sana yang memerlukan perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat. Sebab, satu uluran tangan bisa menjadi secercah kehidupan bagi mereka yang hampir kehilangan harapan.
(Laporan wartawan: Danil Subhan Arifin – RSUD Kota Tangerang)
 
 
 
 
							










