Menu
mediakoran.com

Pentingnya Gizi Seimbang Bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Program MBG

  • Share

MeKo|| Tasikmalaya

Puluhan anak-anak berseragam SD, SMP, dan SMA pada Rabu (01/10/2025) pagi berlarian menghampiri mobil bertuliskan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Hari itu, Yayasan Ganda Saputra Mamun menyalurkan 113 paket makanan bergizi gratis (MBG) kepada anak-anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) Patriot di Kelurahan Indihiang, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.

Yayasan Patriot menaungi sekolah berkebutuhan khusus, dari tingkat SD hingga SMA. Para pelajar dibimbing guru-guru turut membantu petugas membawakan ompreng makanan dari kendaraan berlogo SPPG menuju ruang-ruang kelas sekolah mereka.

Setibanya di sekolah ompreng makanan itu dikumpulkan di atas meja untuk disantap bersama pada saat jam makan. Menjelang jam makan, seorang guru perempuan bernama Nita nampak menuntun siswi berseragam merah putih menuju tempat cuci tangan. Guru itu menuntun anak yang meraba membuka keran air dan mengarahkan tangan mungilnya di bawah keran air dan mulai mencuci tangannya. Setelah bersih, tangan mungil itu meraba keran dan memutar untuk menutup aliran air. Beberapa anak juga dibimbing menuju wastafel dan bisa mencuci tangan mereka sendiri meskipun kadang-kadang tertawa riang saat mencipratkan air ke teman mereka.

Dibimbing seorang guru, mereka berdoa dan setelah itu mereka makan dengan tertib. Meski demikian ada beberapa anak yang terus bergerak aktif dan guru-guru terus mengawasi dan mengarahkan untuk menghabiskan makanan mereka. Sementara itu, ibu guru Nita terlihat terus mendampingi seorang siswa SD yang sangat aktif. Siswa tersebut bernama Raka (11). Raka yang mengidap autis hyperaktif itu dengan lahap menyantap hidangan MBG yang hari itu menunya terdiri dari nasi putih, ayam dan tahu pepes, sayur capcay wortel dan brokoli. Menu itu juga ditambah buah kelengkeng.

“Enak,” kata Raka saat menghabiskan makanannya dengan didampingi Nita, guru pendampingnya.
Kepala SLB Pendidikan Patriot Eulis Siti Hasanah mengatakan MBG sangat membantu pemenuhan gizi anak-anak berkebutuhan khusus. “Alhamdulillah dengan adanya MBG sangat membantu meningkatkan gizi seimbang. Anak-anak senang dan bahagia. Anak-anak berkebutuhan khusus sangat membutuhkan asupan gizi seimbang untuk pertumbuhan mereka,” kata Eulis Siti Hasanah.

Menurut Eulis, MBG sangat membantu mengurangi beban keluarga karena hampir semua anak-anak berkebutuhan khusus yang bersekolah dengan didampingi ibunya. “Ibunya nggak sempat masak di rumah karena mendampingi anak-anaknya bersekolah. Jadi mengurangi beban keluarga,” kata Eulis yang dalam wawancara itu didampingi ketua Yayasan Ganda Saputra Makmun, Dadan Daruslan yang turut memantau langsung pembagian MBG di SLB Patriot.

Eulis mengatakan anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah itu terdiri dari pelajar SD sebanyak 40 siswa, pelajar SMP 28 siswa, dan pelajar SMA sebanyak 45 siswa. Mereka adalah anak berkebutuhan khusus dengan kategori tuna rungu, tuna netra, tuna grahita, tuna daksa, autis, dan downsyndrome.

“Alhamdulillah MBG di sekolah ini yang berjalan sejak bulan Juni (2025) lalu ini aman. Anak-anak senang dan menikmati makanan, katanya enak dan makanan selalu habis,” ujar Eulis.
SLB Patriot yang berada di bawa naungan Yayasan Pendidikan Patriot telah menjalankan sekolah untuk anak-anak berkebutuhan khusus itu sejak 30 tahun lalu. Eulis mengatakan ada 14 pendidik dan tenaga pendidik yang mengajar anak-anak berkebutuhan khusus ini sesuai kompetensi mereka
Anak-anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak istimewa.

Mereka adalah bagian dari masa depan Indonesia. Masa depan mereka sangat ditentukan oleh bimbingan pembelajaran yang tepat dan asupan gizi yang baik.

Secarik kertas ditemukan pekerja di dalam ompreng makanan di dapur MBG Ganda Saputra Makmun. Kertas bertuliskan tangan itu didapat pekerja pencuci ompreng makan setelah digunakan.

“Jumlahnya banyak. Tiap hari kami kumpulkan kertas-kertas yang ada tulisan tangan dari murid-murid penerima manfaat MBG. Kami menyebutnya surat cinta,” kata Irwan Komar (40) asisten lapangan di dapur MBG Ganda Saputra Makmun di Kelurahan Indihiang, Tasikmalaya.

Sembari tersenyum, Irwan Komar menunjukkan kertas-kertas tersebut. “Req. spaghetti + chicken katsu. Buah kelengkeng. Semangat tetap gen Z.” tertulis dalam kertas berwarna kuning.

Kertas sobekan buku yang lain bertuliskan “Kakak aku mau reqwes spageti boleh di SDN Indihiang”. Sobekan kertas lain berbunyi, “Makanan ini lumayan enak dari SDN 3 Parakan Nyasag. Buah manga sama susu ditunggu”
Ratusan kertas lain, juga bertuliskan tentang permintaan makanan, pujian terhadap rasa, dan atau sekedar menuliskan tanda cinta.

“Kami tidak membuang surat-surat cinta ini. Tiap hari kami kumpulkan. Kami baca dan tidak semua permintaan bisa kami turuti,” kata Irwan.
Menurut Irwan, beberapa permintaan yang berkaitan dengan menu bisa dipenuhi asal sesuai dengan standard yang telah ditetapkan Badan Gizi Nasional dalam prosedur pemberian MBG.

Tugas sebagai asisten lapangan adalah menjadi penghubung antara sekolah dengan dapur MBG. Mereka membentuk grup whatsapp dengan guru dan kepala sekolah. “Permintaan melalui surat cinta ini kami sampaikan dalam diskusi di grup WA,” jelas Irwan.

SPPG Yayasan Ganda Saputra Mamun setiap harinya mendistribusikan 4.000 paket MBG di 32 titik yang terdiri dari sekolah PAUD, TK, SD, SMP, SMA, SLB, dan Posyandu. Jumlah, jenis menu, dan porsi makanan di tiap sasaran ini berbeda. Sebab sasaran penerima MBG ini beragam terdiri dari pelajar mulai dari PAUD, TK, SD kelas 1 hingga kelas 3. Kemudian pelajar kelas 4-6 SD, pelajar SMP, dan pelajar SMA/SMK.
SPPG Yayasan Ganda Saputra Mamun juga menyalurkan MBG kepada balita non PAUD, ibu hamil dan menyusui, serta anak berkebutuhan khusus. Untuk balita non PAUD dilayani sebanyak 260 dan ibu hamil dan menyusui sebanyak 129 orang. Anak berkebutuhan khusus disalurkan MBG kepada 113 pelajar.

Di luar sasaran itu, SPPG Yayasan Ganda Saputra Mamun juga memberikan menu khusus untuk penerima manfaat yang menjalani diet khusus, seperti tidak memakan nasi atau lauk khusus. “Ada 22 penerima manfaat yang tidak bisa makan nasi. Karena itu kami ganti dengan kentang rebus atau kentang goreng dengan lauk dan buah,” jelas Irwan.

Menu diet khusus ini diberikan kepada 13 pelajar SMPN 19 Indihiang, 4 pelajar dari SDN 3 Parakan Nyasag, 3 pelajar dari SMA Negeri 9 Tasikmalaya, dan 2 pelajar dari SDN Paozan. Secara keseluruhan ada 1.206 MBG porsi kecil dan 2.386 MBG porsi besar.
Jumlah penerima MBG paling banyak adalah SMA Negeri 9 yakni sebanyak 995, lalu SMPN 19 sebanyak 645 pelajar. Jumlah penerima paling sedikit yakni dari TK Al Ikhlas dan TK Al Muhajirin masing-masing 24 penerima manfaat.

Ketua Yayasan Ganda Saputra Mamun yang menaungi Dapur SPPG Dadan Daruslan mengatakan mereka telah memberikan pelayanan MBG sejak awal Juni 2025. Menurut Dadan, ada 50 tenaga kerja yang terlibat langsung dalam pelaksanaan setiap harinya.

Dadan menyebut, 47 tenaga kerja direkrut oleh Yayasan dari orang-orang sekitar. Tiga tenaga kerja merupakan rekrutan dari Badan Gizi Nasional (BGN) dan tinggal di mess yang disediakan Yayasan. Mereka bekerja selama 24 jam secara bergantian jam kerja (shift). Ke-47 tenaga kerja lokal itu masuk dalam divisi memasak, divisi persiapan, divisi pengemasan, divisi distribusi, satu orang asisten lapangan, dan satu orang PIC atau penanggung jawab Yayasan.

“Kita merekrut tenaga kerja lelaki dan perempuan dari sekitar lingkungan. Umur pekerja antara 21 tahun sampai 50 tahun. Kalau di divisi pengemasan kebanyakan yang masih muda muda dan belum berkeluarga karena jam kerjanya dimulai jam dua dini hari. Kalau yang perempuan kebanyakan diantar bapaknya naik motor,” kata Dadan. Sedangkan tiga tenaga kerja rekrutan BGN adalah tenaga ahli gizi, tenaga akuntan, dan kepala SPPI.

Dalam pandangan pakar komunikasi Universitas Telkom, Bandung, Jawa Barat, Dr. Muhammad Sufyan Abd. tanpa bermaksud meremehkan korban, fakta baik dari MBG tak bisa dibantah. Tetap jauh lebih banyak makan gratis bergizi yang aman diakses siswa, bahkan guru, staf tata usaha, dan Satpam sekolah.

“Apakah kemudian sisi ini akan lebih banyak diangkat jurnalis, netizen, termasuk influencer ? Dengan 31 juta yang mayoritas menerima MBG dalam kondisi sesudahnya baik-baik saja, apakah ini juga akan jadi kacamata penyeimbang bahwa sudah ada upaya pemerintah menurunkan prevalensi stunting nasional tahun 2024 yang masih berada di angka 19,8 persen dari populasi balita/sekitar 4,48 juta anak, ”ungkap Muhammad Sufyan.

Pun demikian, dengan fakta dari UNICEF bahwa dua dari lima anak di bawah usia lima tahun tidak menerima jumlah kelompok makanan yang direkomendasikan. Mirisnya lagi, lebih dari 95 persen anak serta remaja tidak mengonsumsi buah dan sayur sesuai anjuran Badan Pendidikan United Nations tersebut. Oleh karena itu, Program MBG harus terus diupayakan dengan perbaikan tata kelola yang benar.

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *