Butuh Bantuan! Bayi di Cijaku Lebak Banten Derita Atresia Bilier Perutnya Membesar, Begini Kisahnya
Lebak | mediakoran.com
Hafuza Kholisa namanya, bayi perempuan berusia delapan bulan. Bayi cantik yang bernasib malang ini menderita penyakit Atresia Bilier, perutnya membesar dan memerlukan pertolongan untuk pengobatan lebih ekstra. Namun kendalanya untuk maju melalui jalur umum, keluarga tak mampu dan belum punya kartu BPJS akibat keterbatasan ekonomi.

Kelahiran Hafuza tidak disambut gembira, ayah ibunya bercerai saat ia masih dalam kandungan. Dua minggu setelah lahir, bayi mungil ini berpindah tangan pada keluarga kerabatnya, Juheni, wanita baik hati dan amat menyayanginya. Hafuza diurus layaknya anak yang lahir dari rahim sendiri.
Kondisi bayi mungil dari pasangan Yayan (29) dan Ane Nazwa (20) yang sudah bercerai itu sangat memprihatinkan. Bagian perutnya menggembung dan keras, sehingga harus segera mendapatkan penanganan medis lebih lanjut.
Bayi Hafuza sudah pernah menjalani perawatan di RSUD Malingping dan RSUD Banten, namun belum ada perkembangan signifikan.
Juheni (34), yang merawat Hafuza menginginkan bayi ini dibawa ke Jakarta, namun kartu BPJS yang ditunggunya tak kunjung turun.
Saat ini Hafuza tinggal di Kampung Kandangsapi RT 02 RW 03, Desa Kandangsapi, Kecamatan Cijaku, Lebak, Banten diurus oleh keluarga Dasman yang merupakan Kakek Hafuza.
Ditemui awak media, Jumat (21/01/22) bayi malang ini tampak menangis menahan sakit yang dideritanya. Bola matanya terlihat kuning dan perutnya keras dan membesar.
Dikisahkan Juheni, bayi Hafuza lahir pada 22 Mei 2021 di RSUD Adjidarmo Rangkasbitung. Setelah dua minggu baru diketahui bagian perutnya lebih besar dari bayi normal pada umumnya.
“Umur 2 minggu dikasih ke saya dari ibu kandungnya dan saya sama teteh (istri Dasman*Red) yang ngurusin Hafuza. Tiap bulan juga selalu rutin mengikuti posyandu setiap saya nanya kenapa perut Hafuza besar bidan di posyandu selalu bilang gak apa-apa,” ungkap Juheni.
Merasa ada yang tidak beres dengan tumbuh kembang Hafuza, pihak keluarga lalu meminta bantuan kepada Respek Peduli Lebak ibu Delima. Atas arahannya kemudian Hafuza dibawa ke RSUD Malingping untuk pertama kalinya. Dokter spesialis anak yang memeriksa langsung memberi intruksi rawat inap untuk pemeriksaan intensif kondisi Hafuza. Seminggu dirawat Hafuza kemudian dirujuk ke RSUD Banten.
“Ya bunda Ima tau dari umur 4 bulan saya minta tolong ke bunda dan langsung nolongin Hafuza ke RSUD melalui SKTM karena kami tidak mampu, Pak Dasman hanya sebagai penyadap karet dan Kakak saya, istrinya Pak Dasman sebagai penjual gorengan sedangkan bapak kandung Hafuza berprofesi jualan Cilok di Tangerang,” kata Juheni terharu.
Namun kata Juheni hasil dari RSUD Malingping dan Banten mengatakan bahwa Hafuza terlambat ditangani dan didiagnosa Atresia Bilier.
Menurut penuturan Juheni, pihak RSUD Banten menyampaikan fasilitas mereka terbatas sementara bayi Hafuza membutuhkan penanganan medis yang lebih lanjut.
Ia pun berharap proses BPJS yang telah diajukan mereka segera terealisasi demi kesembuhan Hafuza.
“Sempat dirujuk ke RS Banten pak, seminggu kita di sana kata dokter di sana Hafuza sudah telat dibawa berobatnya, ” ucapnya.
Seharusnya, lanjut Juheni, bayi Hafuza umur satu bulan sudah ditindak, sedangkan ia sendiri tidak tahu kalau mengenai sakit apa yang diderita bayi Hafuza.
“Andai saja, saya diberi tahu petugas kesehatan di sini sejak awal, mungkin tidak sampai terlambat seperti sekarang, tapi saya belum nyerah, ” tuturnya.
Untuk itu, ia berharap kepada pemerintah mengabulkan BPJS PBI demi kesembuhan Hafuza untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.
“Saya kasihan pak, namun apa daya kami keluarga miskin,” ujar Juheni penuh harap.
(Usman)