Marah dan Frustasi dalam Mengupas Emosi Rakyat di Tengah Pandemi

MediaKoran – Pandemi Covid19,

Kita tidak bisa membedakan kepentingan keselamatan rakyat dan kepentingan politik praktis. Rakyat digiring kedalam perdebatan adu domba, sehingga rakyat lupa akan keselamatan dirinya sendiri.

Institusi yang kredibel – yang seharusnya berkompeten tentang Pandemi, pun terjebak Politik.

Dari fakta bahwa virus ini tidak bisa hidup di luar badan manusia. Jadi yang di-isolasi adalah manusia. Maka manusia mesti dipersiapkan. Kata WHO Virus ini hanya dapat hidup dua pekan saja yang rata-rata dalam tubuh manusia. Setelah itu Virus mati atau kita yang mati?

Bila bertahan dua minggu maka virusnya yang mati, bila tidak tahan maka kita yang mati. Manusia di karantina agar Imunitas ditingkatkan dengan nutrisi sehingga imun siap untuk bertempur dengan virus baru secara alamiah. Hal Ini kok yang digencar vaksin vaksin dan vaksin. Tapi pasukan nutrisi untuk imun diabaikan.

Maka, secara teknis kalau manusia yang ter-inveksi bisa dalam dua pekan di-isolasi, lalu virus akan hilang atau berkurang. Inilah maksud baik isolasi agar kita tidak saling bertemu karena kita tidak tau kita membawa virus atau tidak. Kita tidak bisa membunuh atau menghilangkan virus tapi kita berteman dan hidup bersama mereka karena vaksin tidak jadi jaminan untuk tidak tertular dan menularkan, intinya kuatkan imun dengan makanan bergizi. Tentunya kita harus kerja buat beli itu semua karena bantuan seringkali tidak sampai pada kita.

Intinya, kita bisa bereskan ini kalau rencananya matang dan pelaksanaan efektif karena semua orang juga ingin selamat. Tapi rencananya harus matang dan bersama-sama karena semboyan negara kita “Bersatu Kita Teguh bercerai kita runtuh”.

Ada kelompok ahli yang harusnya bekerja secara antisipatif; ini kelompok intelijen, Ahli geopolitik untuk membaca apakah ada kemungkinan faktor lain. Jikapun memang ada perang biologi ya cara menghadapinya beda lagi dan jangan lugu, karena dunia itu kejam.

Dunia tempat kita hidup sekarang lebih kompleks. Disrupsi demi disrupsi dari virus komputer sampai virus Corona. Jadi kemampuan kita untuk mengakumulasi pengetahuan harus tinggi. Di situasi seperti ini memang sulit dan tidak boleh membuat kita terpukul apalagi kalah. Virus tidak boleh menang. Kita harus memenangkan pertempuran ini. Karena itu kita perlu terus menggalang persatuan. Jangan mau di adu domba oleh arghoritma media sosial yang memang semaunya sendiri.

Negara perlu berbicara kepada ulama, Pendeta, Pastor, Biksu dan Pedanda, dan tokoh sosial lain. Agar dari mereka muncul pencerahan kepada seluruh warga dan umat. Jangan biarkan tokoh ini salah paham. Ini waktu menggalang solidaritas.

Warga negara berkutat dengan ide-ide kecilnya; libatkan, pakai masker, jaga jarak, bersih badan, jaga imunitas, sehat, kerja, makan, sekolah, dan lainnya. Negara berkutat dengan ide-ide besarnya; strategi, kebijakan, institusi, kordinasi, persatuan, kebangkitan, solidaritas, dan lain sebagainya.

Di tengah isu itulah negara harus mengembangkan dialog yang sehat dengan rakyat. Karena dengan cara itu energi sosial kita membuncah mengalahkan egoisme dan kelemahan kita. Kalau tidak dikelola dia akan nampak seperti sengketa. Padahal, semua tujuannya sama.

Memang banyak negara yang kelihatan kewalahan menghadapi media sosial. Dulu keaktifan rakyat dalam komunikasi dan dialog rendah. Karena teknologi komunikasi dan media hanya tersedia bagi negara. Sekarang terjadi revolusi dahsyat. Rakyat bisa ngoceh 24 jam dan tidak bisa diam.

Dulu, kata orang hanya mulut yang bicara. Sekarang jari-jari rakyat ikut berpidato dengan teknologi yang ada. Negara perlu kemampuan mengelola ini. Caranya adalah makin banyak mendengar dan berbicara benar. Jangan ciptakan kebingungan baru sebab itu bikin rakyat tambah cerewet.

Negara harus mengembalilan dirinya pada fungsi membangun solidaritas yang agung. Karena dengan demikianlah gelombang kesukarelawanan dan pengorbanan akan meringankan beban bangsa kita. Hindari konflik dan perpecahan terutama yang dipicu oleh sikap negara. ***

Sumber: pengamatan sosial Purnomo.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *