Didiek Buntung Ngaku Raja Campursari Penerus Didi Kempot

MediaKoran – Selebriti

Perkembangan entertainment khususnya didunia tarik suara banyak sekali memunculkan sosok baru salah satunya penerus almarhum sang Maestro musik campursari Didi Kempot. Dia adalah Didiek Prasetya atau nama bekennya Didiek Buntung. Di rilisan lagunya yang ke sekian lagu hasil ciptaannya, kali ini penyanyi campursari asal Ungaran Semarang Didiek Buntung mencoba memaknai sebuah bunga yang melambangkan kecantikan wanita.

(foto Didiek Buntung/ISTIMEWA)


Bunga ini tidak selalu dibicarakan kebanyakan orang atau tidak nampak terselip saat momentum pemberian hadiah, namun ternyata memiliki makna yang dalam, yaitu Bunga Asoka.

Dalam perjalanan karir-nya hari ini Didiek berani mengklaim dirinya sebagai Raja Campursari karena ia yakin dan percaya diri dengan 22 karya lagunya yang sudah di rekam di studio musik nya di kawasan Ungaran. “Saya ingin meneruskan perjalanan mas Didi Kempot dan saya pantas disebut si Raja Campursari karena saya ciptakan lagu sendiri yang sudah lebih dari 40 lagu”, tuturnya.

(foto Didiek Buntung/ISTIMEWA)

Pria yang disebut “buntung” karena keempat jarinya mengalami kecelakaan tergeraji mesin saat kerja disebuah perusahaan besi 10 tahun yang lalu. Persis di depan rumah masa kecil Didiek Buntung, tumbuh beberapa tanaman bunga soka yang sering berbunga lebat, rontok kemudian berbunga kembali, seolah tidak mengenal musim. Setiap hari dapat dipastikan orang yang mendatangi rumah ini dapat melihat keindahan bunga ini.

(foto Didiek Buntung/ISTIMEWA)


Sesuai maknanya Bunga Asoka memiliki aura tegas, salah satu bunganya berwarna merah menyala, lambang kebahagiaan dan namanya diambil dari bahasa sansekerta yang memiliki arti terbebas dari kesedihan. Asoka juga memiliki banyak nektar sehingga mengundang kupu-kupu untuk mendekat. Seperti halnya bunga-bunga lain, yang bisa dipergunakan untuk persembahyangan, konon kabarnya bunga asoka dipergunakan untuk penghormatan kepada Dewa-Dewa, yang menjaga keberlangsungan alam semesta beserta seluruh isinya. Penggunaan bunga Asoka ini selain sebagai lambang penghormatan, juga harapan akan tercapainya kedamaian jiwa, jauh dari kesedihan dan derita. Sehingga yang tertinggal hanya kebahagiaan di dalam setiap hati manusia.

Inspirasi ini menggugahnya untuk bermain dalam melodi-melodi cantik bergenre pop jawa yang dibalut dengan kata-kata kisah cinta, yang di dalamnya mengandung arti; seseorang yang menemukan orang lain untuk menjadi belahan jiwanya karena keberadaannya dapat mengusir kesedihannya selama ini dan membuat hatinya bahagia.

Harapannya dengan situasi negeri saat ini, semoga lagu ini dapat menginspirasi banyak orang, yang sedang sedih, galau atau patah semangat untuk menemukan satu kebahagiaan yang pasti akan ada. Bagi masyarakat yang ingin menikmati lagu ini dapat kunjungi ke youtube channel Didiek Buntung Official.

(foto Didiek Buntung/ISTIMEWA)

“Karena berkarya pun tak mengenal usia, maka kuterus mencipta, menembus ruang batin yang tersisa”. Semboyan hidup yang terus mengawal semangat Didiek Buntung dalam berkesenian, semoga dapat menggugah semangat kita tanpa menyerah dengan keadaan.


Dalam wawancaranya Didiek Buntung menambahkan “Karena saya mampu melestarikan budaya lagu campursari dan saya bisa menciptakan banyak lagu campursari serta puji syukur laguku diterima oleh masyarakat luas”, tutupnya.

Sumber: Didiek Buntung

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *