Pemkab Jepara Agar Lebih Selektif Menerima Wartawan
MediaKoran – Jepara
Telah di deklarasikan Perkumpulan Wartawan Online Independen Nusantara (PWOIN) di hotel Jepara Indah 8 Desember2020 yang lalu mengundang respon pihak pemerintah di Bumi Kartini.
Kenapa, pemerintah kabupaten Jepara pada saat event konferensi pers belum bisa membedakan mana wartawan yang beneran dan yang tidak bener, sebab ada yang datang hanya untuk beraksi saja dengan memakai seragam, tenteng kamera, pasang KTA pers namun tidak pernah ada beritanya bahkan ada yang sudah tidak aktif atau di Stop press.
Bahkan pernah orang nomor satu di Polres Jepara dicatut namanya oleh oknum yang ngaku ngaku pers dengan tujuan untuk memeras, meski fakta di lapangan sejumlah oknum tersebut memang tak pernah bisa menulis berita.
Disayangkan juga sebagai pemangku kepentingan pemerintah kabupaten Jepara wajib melakukan pembinaan terhadap oknum oknum yang mengaku wartawan. Benarkah dengan menjadi wartawan dengan mudah untuk mendapatkan uang..?
Faktanya memang ada juga yang berprofesi rangkap, misal saja berprofesi tabib, tukang obat, tukang kayu, kontraktor alias rekanan atau bahkan pengacara masih ngebet bernafsu pingin rangkap menjadi wartawan.
Fenomena pers yang menjamur seperti musim hujan saat ini di bumi Kartini belum menjadi perhatian serius oleh aparat penegak hukum, misal saja kabar sisa limbah PLTU Jepara yang jadi rebutan berbagai pihak, bahkan ada juga oknum didalam yang rebutan penguasan limbah PLTU itu memakai nama alias embel embel pers, meskipun oknumnya itu tidak pernah tahu sama sekali bagaimana cara membuat berita hasil liputan.
Kartu pers hanya untuk gagah-gagah-an semata, hanya untuk kekuatan, sebab kebanyakan yang terjadi di lapangan profesi itu sering dilacurkan. Ngerinya lagi seragamnya pun mirip aparat hukum, simbol lencana sering di pakai sebagai identitas pakaian kebesaran.
Humas mana yang wajib bertanggung jawab dalam pembinaan dengan maraknya para pihak oknum oknum yang mengaku sebagai wartawan.
Bahkan di tubuh PWO Jepara saja secara bertahap telah melakukan seleksi terhadap anggotanya mana yang benar benar wartawan atau yang tidak, sebagai wartawan harus bisa membuat berita, bagi yang membonceng nama PWO telah dilakukan pembinaan.
Hal itu dilakukan sebagai bentuk komitmen pers bertanggung jawab serta bekerja dengan profesional dan menjunjung kode etik jurnalistik.
Sumber: Ajipati Gunawan pemerhati pers, wartawan1999.